Uitemate: Jangan Banyak Bergerak Di Ombak Besar
Refleksi Diri
Pernahkah saudara mendapati sebuah masalah yang menurut
saudara masalah tersebut adalah masalah yang besar? Atau saudara dengan tanpa
sadar terjebak dalam sebuah masalah yang saudara sendiri tidak ingin berada
dalam posisisi tersebut?
Mari kita runut kembali perjalanan hidup kita, ketika kita
pernah merasakan suatu posisi terhimpit, sudah terhimpit tertimpa tangga pula.
Apa yang kita lakukan dalam keadaan tersebut? Panik, berpikir keras mencari
jalan keluar? Atau hanya diam menunggu sebuah keajaiban setelah semua usaha
kita lakukan tapi tak membuahkan hasil?
Dahulu saya mencoba melakukan pilihan untuk panik dan
berfikir keras dalam mencari solusi ternyata hal tersebut sangat menguras
energi. Bayangkan oleh saudara, kita dipaksa untuk memacu akal bekerja lebih
ekstra dalam mencari solusi sedangkan tubuh tidak terpenuhi asupannya. Saudara
pasti paham bagaimana orang depresi menghadapi suatu masalah. Jangankan orang
yang kita sayang terpikirkan, makan saja kita lupa.
Perjalanan Hidup Al-Faqir
Keadaan ini mungkin terlalu dini untuk saya ceritakan,
tetapi saya yakin jika ini saya bagikan akan menjadi pelajaran nan bermanfaat
bagi saudara yang membaca. Ibarat sebuah perahu kayu, bisnis yang kami kerjakan
bersama rekan-rekan mulai tak tentu kemana arahnya. Ombak semakin membesar,
perlahan dinding perahu mulai berlubang meskipun kecil tapi hampir disetiap
sisinya. Air perlahan masuk ke dalam perahu kami. Boleh dikatakan perahu kami
setengah tenggelam dengan terjangan ombak yang besar.
Kami berusaha keras agar kebocoran perahu tersebut kami
atasi. Kami tambal di sisi depan, sisi belakang bertambah kebocorannya.
Begitupun sebaliknya, kami tambal di sisi belakang, pada bagian depan kembali
bocor. Hingga tiba saatnya saya berpikir mungkin ini sudah waktunya berpasrah
diri dan keluar dari perahu dengan resiko ombak besar tanpa suatu pegangan
apapun!
Saya putuskan untuk keluar dari perahu, lalu apa yang saya
lakukan di ombak besar? Pernah baca teknik uitemate? Sebuah
teknik untuk bertahan hidup di atas air dalam jangka waktu yang lama ditemukan
oleh Profesor dari Jepang. Itu yang saya lakukan! Tidak banyak berpikir, diam
berpasrah diri pada yang Maha Menjaga (Al Hafidz). Ketika kepasrahan
tersebut membawa saya ke sebuah pulau kemudian kembali berdiri bahkan membangun
kembali perahu kayu kami untuk berlayar, semua ini atas Izin-Nya.
Segala puji bagi Allah Swt, Tuhan Semesta Alam. Teringat
pesan guru kami “Kalau Di Ombak Besar, Jangan Banyak Bergerak, Jangan Panik!
Santai Aja Udeh, Ntar Juga Ngapung Sendiri”. MasyaAllah ternyata teknik
ini pernah saya praktekkan dan sekali lagi berhasil karena Allah Swt izinkan.
Kesimpulan Singkat
Kepasrahan seorang hamba tidak semata-mata dengan kepasrahan
yang begitu saja. Terjun bebas dari perahu bukan berarti tidak ada sesuatu
untuk berpegangan. Ada jiwa yang pandai merasa yang merupakan bentuk emanasi
dari Tuhan. Dekatkan jiwa kita kepada-Nya agar bimbingannya selalu datang
kepada diri kita.
Perlahan ombak pun akan mereda, tidak selamanya badai terjadi.
Badai pasti berlalu. Akan tetapi persiapan kita dalam menghadapi badai patutlah
kita perhitungkan dan kita persiapkan. Jika tak ada lagi bahu untuk bersandar, habis
sudah tempat untuk bercerita maka hamparkan sajadahmu, mengadu lah kepada-Nya
katakan “Aku Ikut Mau-Mu Tuhan”.
Post a Comment